Anak Belanda naik kuda di Tretes tahun 1930 |
Adalah Letnan Jendral Djatikusumo yang kala itu menjabat Menteri PDPTP (Perhubungan, Pos, Telekomunikasi & Pariwisata) yang memperkenalkan pertama kalinya kata "Pariwisata" sebagai pengganti kata "Tourisme" dalam kesempatan Musyawarah Nasional Tourisme II di Tretes, Jawa Timur, pada tanggal 12-14 Juni 1958. Sebelumnya dalam sebuah musyawarah yang diadakan di gedung pemuda Surabaya, Presiden Soekarno dalam amanatnya yang disampaikan kepada peserta musyawarah menanyakan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayan Prijono, perkataan Indonesia apakah yang paling tepat untuk menggantikan kata Tourisme. Dalam jawabannya kepada Presiden Ir. Soekarno Prijono memberi penjelasan, bahwa sebagai pengganti kata Tourisme dapat digunakan kata dharmawisata untuk perjalanan antar kota (dalam negeri), sedangkan untuk perjalanan antar benua (luar negeri) tepat digunakan kata pariwisata. Pada waktu itulah diresmikan pengganti kata tourisme menjadi kata pariwisata oleh Presiden Ir. Soekarno dan atas dasar itu pula pada tahun 1960 dibentuk Dewan Pariwisata Indonesia (Depari).
Kata Pariwisata sendiri berasal dari bahasa Sansakerta yaitu "Pari" yang artinya: banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Dan "Wisata" yang bermakna: pergi (to go, kata kerja), bepergian (to travel, kata kerja); dapat juga berarti ‘perjalanan’ (travel, kata benda), sehingga Pariwisata sendiri bisa dimaknai sebagai beberapa perjalanan yang dilakukan secara bersambung/ berantai dari satu tempat ke tempat berikutnya dan diakhiri di tempat keberangkatan (=tour, perjalanan keliling). Sedangkan Pariwisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan adalah segala seuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Pengertian tersebut meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, sebelum dan selama dalam perjalanan dan kembali ke tempat asal, pengusahaan daya tarik atau atraksi wisata (pemandangan alam, taman rekreasi, peninggalan sejarah, pagelaran seni budaya). Usaha dan sarana wisata berupa: usaha jasa, biro perjalanan, pramu wisata, usaha sarana, akomodasi dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.
Air terjun Kakek Bodo jaman Belanda |
Sejak jaman Belanda tretes memang sudah terkenal sebagai tempat tujuan wisata utama. Pada masa kolonial di Tretes sudah dibangun hotel dan kolam renang diantaranya Bad Hotel (sekarang jadi Inna Hotel), Van Vloten (Tretes Raya Hotel), dan Nimfend Bath (sekarang Pines Garden Hotel). Selain itu Belanda juga banyak membangun villa sebagai tempat peristirahatan untuk para perwira Kompeni yang lebih dikenal dengan nama Loji. Untuk memperlancar arus barang dan manusia, Belanda juga membangun infrastruktur berupa jalan raya antara Tretes-Pandaan mulai 1910. Tahun 1921 jalan raya Tretes-Pandaan sudah beraspal. Sebelum tahun 1921, jalan aspal hanya sampai di pertigaan Prigen (Petigaan Seno/ Lim Seeng The) yang dulu dikenal sebagai Tembungan. Lim Seen The (Pendiri Pabrik Rokok Sampoerna) membangun villa-nya yang terletak di pertigaan Prigen antara 1883-1923. Sebagai dataran tinggi yang memiliki pemandangan eksotis, menjadikan kawasan Tretes tahun 1900-an merupakan wilayah favorit keluarga Belanda untuk berwisata. (diolah dari berbagai sumber)
3 komentar:
joss sejarah ini, tidak semua tau, makanya betul sekali jangan menghilangkan sejarah
JASMERAH👍👍👍
Gali terus informasi tenang tretes untuk kemajuan bangsa
Posting Komentar